Seni Rupa Murni
S
|
eni rupa
murni mengacu kepada karya-karya yang hanya untuk tujuan pemuasan eksresi
pribadi, sementara kriya dan desain lebih menitikberatkan fungsi dan kemudahan
produksi dan seni
yang tercipta bebas tanpa mempertimbangkan segi fungsi dan kegunaannya. Tetapi
lebih mengutamakan fungsi keindahan.
Daftar Isi:
1.
Jenis
seni murni
A.
Seni
Lukis
a.
Jenis
Lukisan
b.
Teknik Melukis
B.
Seni
Grafis
a.
Jenis
Grafis
b.
Unsur
Dalam Grafis
·
Garis
(Line)
·
Bentuk
(Shape)
·
Teknik
Membuat Grafis
C.
Seni
Patung
·
Bahan
Serta Teknik Mebuat Patung
·
Jenis
patung
·
Bentuk
Patung
2.
Perkembangan
Seni Lukis
3.
Pertumbuhan
Seni Grafis
4.
Pertumbuhan
Seni Patung
5.
Hasil
Karya Seni Rupa Murni Dari Daerah Jawa Barat
1)
Lukisan
Kaca
2)
Batik
MegaMendung
3)
Aksara
Sunda
4)
Patung
Pastor
1.Jenis Seni Murni
A.
Seni Lukis
Seni Lukis adalah karya seni yang proses
pembuatannya dilakukan dengan memulaskan berbagai warna pada permukaan
(penyangga) seperti kertas, kanvas, atau dinding. Dan merupakan salah satu cabang dari seni rupa murni
yang berdimensi dua. Dari pembubuhan cat, para pelukis mencoba mengekspresikan
berbagai makna atau nilai subjektif. nilai-nilai yang melekat pada lukisan
dipengaruhi oleh budaya yang dimiliki pelukisnya
a. Jenis Lukisan
1. Naturalisme
= Menangkap object keindahan alam sekitar, termasuk seni lukis tradisional.
2. Ekspresionisme
= Sebuah lukisan ungkapan hati baik dilihat dari cara melukisnya
(menyederhanakan garis-garis).
3. Abstract
= Sebuah lukisan yang meninggalkan bentuk-bentuk umum, lebih berorientasi pada
simbol-simbol serta perpaduan warna.
4. Impresionisme
= Sebuah gaya melukis dengan menekankan pada kesan pencahayaan dan warna yang
kuat, sementara bentuk tidak menjadi prioritas. Aliran ini digunakan oleh
Claude Monet.
5. Realisme
= Mencoba menangkap object apa adanya.
6. Surialisme
= Sebuah lukisan realisme atau naturalisme namun merupakan daya khayal dan
sesuatu yang kadang tidak mungkin atau sebuah mimpi.
7. Kubisme
= Sebuah gaya melukis dengan menekankan pada bentuk-bentuk simetri dan keluar
dari aturan-aturan realisme dan naturalisme.Aliran ini digunakan oleh Pablo
Picasso.
8. Minimalisme
= Sebuah gaya melukis dengan semakin meninggalkan realitas atau wujud.
9. Formalisme
= Sebuah gaya yang membebaskan kanvas dari beban, membiarkan tanpa detail,
lukisan tanpa pesan.
10. Representasional
= Sebuah gaya melukis dengan mengeksplore potret atau tubuh sendiri.
b. Teknik melukis
# TEKNIK BASAH
Merupakan teknik lukis dengan cara
mengencerkan cat minyak terlebih dahulu dengan menggunakan minyak cat, baru
kemudian dipoleskan diatas permukaan kanvas. Dalam teknik ini menggunakan jenis
kuas yang panjang bulunya. Teknik basah ini biasanya digunakan untuk melukis
secara rata (flat) atau tanpa kesan volume. Kelebihan dari teknik ini
adalah: akan cepat memblok warna, lukisan terlihat bersih dan cemerlang, hanya
membutuhkna cat minya yang relatif sedikit, serta cat minyak yang menempel di
palet masih tetap bisa dipergunakan.
# TEKNIK KERING
Melukis dengan menggunakan teknik kering
berarti melukis tanpa menggunakan minyak cat (linseed oil). Teknik ini
menggunakan kuas dalam keadaan kering dan tidak berminyak. Oleh karena itu,
sebaiknya menggunakan cat yang baru dikeluarkan dari dalam tube. Teknik kering
ini cocok untuk melukis dengan kesan volume dan keruangan, seperti realisme,
naturalisme, dan surelisme. Adapun kelebihan dari teknik kering ini adalah:
mudah membentuk objek dan kesan keruangan, mudah mengontrol proses pendetailan,
lebih mudah menghapus warna dengan cara menumpuk dengan warna lain, selama
melukis pandangan tidak akna terganggu dengan faktor cat yang mengkilat, serta
cat akan lebih cepat kering
# TEKNIK CAMPURAN
Banyak orang yang menyebut teknik
campuran sebagai teknik akademis. Teknik ini merupakan kombinasi antara teknik
kering dan teknik basah. Bisa dibilang teknik ini merupakan penyempurna dari
kedua teknik sebelumnya. Teknik ini dilakukan dengan teknik kering dahulu
(memblok warna sambil menambah intensitas minyak cat secara perlahan hingga
menjelang finishing lukisan
B.
Seni Grafis
Seni garfis merupakan cabang seni rupa murni dalam bentuk dua dimensi. Seni grafis juga disebut dengan seni cetak. Seni cetak yang dimaksud terbatas seni cetak dua dimensi, seperti cetak tinggi (cetak cukil kayu), cetak dalam (cetak etsa), cetak datar (cetak litho), dan cetak saring (cetak sablon).
Seni grafis adalah yang proses
pembuatan karyanya menggunakan teknik cetak, biasanya di atas kertas. Kecuali
pada teknik Monotype, prosesnya mampu menciptakan salinan karya yang sama dalam
jumlah banyak, ini yang disebut dengan proses cetak. Tiap salinan karya dikenal
sebagai 'impression'. Lukisan atau drawing, di sisi lain, menciptakan karya
seni orisinil yang unik. Cetakan diciptakan dari permukaan sebuah bahan ,
secara teknis disebut dengan matrix. Matrix yang umum digunakan adalah: plat
logam, biasanya tembaga atau seng untuk engraving atau etsa; batu digunakan
untuk litografi; papan kayu untuk woodcut/cukil kayu. Masih banyak lagi bahan
lain yang digunakan dalam karya seni ini. Tiap-tiap hasil cetakan biasanya
dianggap sebagai karya seni orisinil, bukan sebuah salinan. Karya-karya yang
dicetak dari sebuah plat menciptakan sebuah edisi, pada masa seni rupa modern
masing-masing karya ditandatangani dan diberi nomor untuk menandai bahwa karya
tersebut adalah edisi terbatas
a. Jenis grafis
1. Drafter
Desainer khusus untuk membuat arsitektur dan rancang
bangun yang simetris dan digunakan untuk keperluan pembuatan sesuatu yang
memerlukan ketelitian tinggi dan rancangan. Membutuhkan orang orang yang ahli
di software (Autocad, Archicad, 3d revit architecture). Sangat dibutuhkan di
dunia arsitektur dan industri.
2. Editor
2. Editor
Desainer khusus untuk membuat kover, sampul, banner,
dsb. Dan juga membuat karya karya desain grafis misalnya: brosur, kartu nama,
pin, logo, poster, dsb. Yang memerlukan sentuhan pandangan dan software yang
harus dikuasai adalah : Corel draw,Adobe Photoshop,Freehand,Illustrator. Sangat
dibutuhkan di dunia periklanan dan publikasi.
3. Layouter
Desianer khusus untuk membuat tatanan layout sebuah
majalah atau koran atau publikasi yang lainya dan diharuskan mempunyai feel
untuk tata letak agar enak dilihat. Sedangkan aplikasi yang harus dikuasai
adalah Adobe Page Maker, MS.Publisher, Adobe In Design. Sangat dibutuhkan
dipercetakan dan industri koran/buku/majalah.
4. Art Director
Desainer khusus unuk membuat karya karya seni dari
komputer yang bisa digunakan untuk visual effects ataupun hanya untuk hiasan
saja. Membutuhkan kreativitas tinggi untuk membuat karya agung yang akan
dibuat. Sedangkan software yang harus dikuasai adalah : Corel draw, Photoshop,
Photo paint, Art creator. Sangat dibutuhkan di dunia perfilman, seniman
visualisator, foto editing effects.
5. Fotografer
Desianer khusus yang selain melakukan pengeditan foto
juga merangkap sebagai fotografer, harus memiliki talenta khas fotografer serta
mampu mengedit foto sesuai event atau yang perfect. Membutuhkan intelegensi
tinggi kreativitas tinggi dan harus menguasai adobe photoshop,ieworks,photo
studio. Sangat dibutuhkan didunia fotografi, foto editor, wartawan, dsb.
6. Animator
6. Animator
Desainer khusus bekerja pada bidang motion graphic,
iklan atau film fantasi. Harus memiliki daya tahan tinggi, pengetahuan yang
cukup tinggi , pengalaman dan harus menguasai Macromedia Flash, Adobe Flash,
After Effects, 3d Maya, Gif Animator dan Corel Rave. Dibutuhkan di dunia
advertising, perfilman, pertelevisian.
7. Visualisator
7. Visualisator
Desainer khusus untuk memberikan gambaran sebuah
produk atau karya dalam bentuk real / 3d dan harus memiliki kemampuan otak
kanan yang cukup tinggi serta harus menguasai 3d Max, Autocad, Swift 3d,
Digital Clay. Sangat dibutuhkan di dunia visualisasi produk dan presentasi
produk.
8. Video Editor
8. Video Editor
Desainer khusus untuk mengedit video atau film dan
juga merangkap sebagai video shooter, harus memiliki imajinasi tinggi dan harus
menguasai Adobe After Effects, 3d Maya, Adobe Premiere, Ulead Video Studio,
Sony Vegas, Pinneacle. Sangat dibutuhkan di dunia perfilman dan industri musik.
9. Integrated Desainer
Desainer khusus yang membutuhkan integrasi dengan
programmer misalnya pembuatan game, cd interaktif, web
desain, dsb. Sedangakan anda harus menguasai hampir semua elemen desain. Sangat dibutuhkan di industri informatika.
desain, dsb. Sedangakan anda harus menguasai hampir semua elemen desain. Sangat dibutuhkan di industri informatika.
b.
Unsur Dalam Grafis
1. Garis
(Line)
Garis adalah gabungan beberpa titik, sehingga terbentuk suatu obyek garis lengkung, lurus ataupun garis yang tidak beraturan. Garis adalah unsur dasar untuk membangun bentuk atau konstruksi desain.
2. Bentuk (Shape)
Kita mengenal suatu benda karena bentuknya, segitiga, lingkaran, bujur sangkar dll. Sementara pada kategori sifatnya, bentuk dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
Garis adalah gabungan beberpa titik, sehingga terbentuk suatu obyek garis lengkung, lurus ataupun garis yang tidak beraturan. Garis adalah unsur dasar untuk membangun bentuk atau konstruksi desain.
2. Bentuk (Shape)
Kita mengenal suatu benda karena bentuknya, segitiga, lingkaran, bujur sangkar dll. Sementara pada kategori sifatnya, bentuk dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
·
Huruf
(Character) : yang direpresentasikan dalam bentuk visual yang dapat digunakan
untuk membentuk tulisan sebagai wakil dari bahasa verbal dengan bentuk visual
langsung, seperti A, B, C, dsb.
·
Simbol
(Symbol) : yang direpresentasikan dalam bentuk visual yang mewakili bentuk benda
secara sederhana dan dapat dipahami secara umum sebagai simbol atau lambang
untuk menggambarkan suatu bentuk benda nyata, misalnya gambar orang, bintang,
matahari dalam bentuk sederhana (simbol), bukan dalam bentuk nyata (dengan
detail).
·
Bentuk
Nyata (Form) : bentuk ini betul-betul mencerminkan kondisi fisik dari suatu
obyek. Seperti gambar manusia secara detil, hewan atau benda lainnya.
3. Tekstur
(Texture)
Tampilan permukaan (corak) dari suatu benda yang dapat dinilai dengan cara dilihat atau diraba yang biasa kita kenal dengan istilah tekstur. Tekstur sering dikategorikan sebagai corak dari suatu permukaan benda, misalnya permukaan karpet, baju, kulit kayu, dll.
Tampilan permukaan (corak) dari suatu benda yang dapat dinilai dengan cara dilihat atau diraba yang biasa kita kenal dengan istilah tekstur. Tekstur sering dikategorikan sebagai corak dari suatu permukaan benda, misalnya permukaan karpet, baju, kulit kayu, dll.
c. Teknik Grafis
Teknik seni grafis dapat dibagi dalam kategori dasar sebagai
berikut:
* Cetak relief, di mana tinta berada pada permukaan asli dari matrix. teknik relief meliputi: cukil kayu, engraving kayu, cukil linoleum/linocut, dan cukil logam/metalcut.
* Intaglio, tinta
berada di bawah permukaan matrix. teknik ini meliputi: engraving, etsa,
mezzotint, aquatint, chine-collé dan drypoint;
* planografi di
mana matrix permukaannya tetap, hanya mendapat perlakuan khusus pada bagian
tertentu untuk menciptakan image/gambar. teknik ini meliputi: litografi,
monotype dan teknik digital
* stensil, termasuk
cetak saring dan pochoir.
Teknik lain
dalam seni grafis yang tidak temasuk dalam kelompok ini adalah ‘kolografi’
(teknik cetak menggunakan kolase), proses digital termasuk giclée, medium
fotografi serta kombinasi proses digital dan konvensional.
Kebanyakan
dari teknik di atas bisa juga dikombinasikan, khususnya yang berada dalam
kategori sama. Misalnya, karya cetak Rembrandt biasanya secara mudah disebut
dengan “etsa”, tapi seringkali dipakai juga teknik engraving dan drypoint, dan
bahkan kadang-kadang tidak ada etsa-nya sama sekali.
CukilKayu
Cukil kayu , adalah salah satu teknik cetak relief, merupakan teknik seni grafis paling awal, dan merupakan satu-satunya yang dipakai secara tradisional di Asia Timur. Kemungkinan pertama kali dikembangkan sebagai alat untuk menciptakan pola cetak pada kain, dan pada abad ke-5 dipakai di Tiongkok untuk mencetak teks dan gambar pada kertas. Teknik cukil kayu di atas kertas dikembangkan sekitar tahun 1400 di Eropa, dan beberapa waktu kemudian di Jepang. Di dua tempat ini, teknik cukil kayu banyak digunakan untuk proses membuat gambar tanpa teks.
Cukil kayu , adalah salah satu teknik cetak relief, merupakan teknik seni grafis paling awal, dan merupakan satu-satunya yang dipakai secara tradisional di Asia Timur. Kemungkinan pertama kali dikembangkan sebagai alat untuk menciptakan pola cetak pada kain, dan pada abad ke-5 dipakai di Tiongkok untuk mencetak teks dan gambar pada kertas. Teknik cukil kayu di atas kertas dikembangkan sekitar tahun 1400 di Eropa, dan beberapa waktu kemudian di Jepang. Di dua tempat ini, teknik cukil kayu banyak digunakan untuk proses membuat gambar tanpa teks.
Seniman
membuat skets terlebih dulu pada sebidang papan kayu, atau di kertas yang
kemudian ditransfer ke papan kayu. Tradisionalnya, seniman kemudian menyerahkan
rancangannya ke ahli cukil khusus, yang menggunakan peralatan tajam untuk
mencukil bagian papan yang tidak akan terkena tinta. Bagian permukaan tinggi
dari papan kemudian diberi tinta dengan menggunakan roller, lalu lembaran
kertas, yang mungkin sedikit lembab, ditaruh di bawah papan. Kemudian papan
digosok dengan baren (alat yang digunakan di Jepang) atau sendok, atau melalui
alat press. Jika memakai beberapa warna, papan yang terpisah dipakai untuk tiap
warna.
Seniman yang menggunakan teknik ini:
Albrecht Dürer, Werner Drewes, Hiroshige, Hokusai.
Seniman yang menggunakan teknik ini:
Albrecht Dürer, Werner Drewes, Hiroshige, Hokusai.
Engraving
Proses ini dikembangkan di Jerman sekitar tahun 1430 dari engraving (ukiran halus) yang digunakan oleh para tukang emas untuk mendekorasi karya mereka. penggunaan alat yang disebut dengan burin merupakan ketrampilan yang rumit.
Pembuat engraving memakai alat dari logam yang diperkeras yang disebut dengan burin untuk mengukir desain ke permukaan logam, tradisionalnya memakai plat tembaga. Alat ukir tersebut memiliki bermacam-macam bentuk dan ukuran menghasilkan jenis garis yang berbeda-beda.
Seluruh
permukaan plat diberi tinta, kemudian tinta dibersihkan dari permukaan, yang
tertinggal hanya tinta yang berada di garis yang diukir. Kemudian plat ditaruh
pada alat press bertekanan tinggi bersama dengan lembaran kertas (seringkali
dibasahi untuk melunakkan). Kertas kemudian mengambil tinta dari garis
engraving (bagian yang diukir), menghasilkan karya cetak.
Etsa
Etsa adalah bagian dari kelompok teknik intaglio bersama dengan engraving, drypoint, mezzotint dan aquatint. Proses ini diyakini bahwa penemunya adalah Daniel Hopfer (sekitar 1470-1536) dari Augsburg, Jerman, yang mendekorasi baju besinya dengan teknik ini. Etsa kemudian menjadi tandingan engraving sebagai medium seni grafis yang populer. Kelebihannya adalah, tidak seperti engraving yang memerlukan ketrampilan khusus dalam pertukangan logam, etsa relatif mudah dipelajari oleh seniman yang terbiasa menggambar.
Etsa adalah bagian dari kelompok teknik intaglio bersama dengan engraving, drypoint, mezzotint dan aquatint. Proses ini diyakini bahwa penemunya adalah Daniel Hopfer (sekitar 1470-1536) dari Augsburg, Jerman, yang mendekorasi baju besinya dengan teknik ini. Etsa kemudian menjadi tandingan engraving sebagai medium seni grafis yang populer. Kelebihannya adalah, tidak seperti engraving yang memerlukan ketrampilan khusus dalam pertukangan logam, etsa relatif mudah dipelajari oleh seniman yang terbiasa menggambar.
Hasil
cetakan etsa umumnya bersifat linear dan seringkali memiliki detail dan kontur
halus. Garis bervariasi dari halus sampai kasar. Teknik etsa berlawanan dengan
teknik cukil kayu, pada etsa bagian permukaan tinggi bebas tinta, bagian
permukaan rendah menahan tinta. Mula-mula selembar plat logam (biasanya
tembaga, seng atau baja) ditutup dengan lapisan semacam lilin. Kemudian seniman
menggores lapisan tersebut dengan jarum etsa yang runcing, sehingga bagian
logamnya terbuka. Plat tersebut lalu dicelupkan dalam larutan asam atau larutan
asam disapukan di atasnya. Asam akan mengikis bagian plat yang digores (bagian
logam yang terbuka/tak terlapisi). Setelah itu, lapisan yang tersisa
dibersihkan dari plat, dan proses pencetakan selanjutnya sama dengan proses
pada engraving.
Seniman yang
menggunakan teknik ini:
Albrecht Dürer, Rembrandt, Francisco Goya, Whistler, Jim Dine, Otto Dix, James Ensor, Lucian Freud, Paul Klee, Einar Hakonarson, Edward Hopper, Horst Janssen, Käthe Kollwitz, Mauricio Lasansky, Brice Marden, Henri Matisse, Giorgio Morandi, Pablo Picasso, Peter Milton, Paula Rego and Cy Twombly.
Albrecht Dürer, Rembrandt, Francisco Goya, Whistler, Jim Dine, Otto Dix, James Ensor, Lucian Freud, Paul Klee, Einar Hakonarson, Edward Hopper, Horst Janssen, Käthe Kollwitz, Mauricio Lasansky, Brice Marden, Henri Matisse, Giorgio Morandi, Pablo Picasso, Peter Milton, Paula Rego and Cy Twombly.
Mezzotint
Salah satu cara lain dalam teknik intaglio di mana plat logam terlebih dahulu dibuat kasar permukaannya secara merata; gambar dihasilkan dengan mengerok halus permukaan, menciptakan gambar yang dibuat dari gelap ke terang. Mungkin juga menciptakan gambar hanya dengan mengkasarkan bagian tertentu saja, bekerja dari warna terang ke gelap.
Salah satu cara lain dalam teknik intaglio di mana plat logam terlebih dahulu dibuat kasar permukaannya secara merata; gambar dihasilkan dengan mengerok halus permukaan, menciptakan gambar yang dibuat dari gelap ke terang. Mungkin juga menciptakan gambar hanya dengan mengkasarkan bagian tertentu saja, bekerja dari warna terang ke gelap.
Mezzotint
dikenal karena kualitas tone-nya yang kaya: pertama, karena permukaan yang
dikasarkan secara merata menahan banyak tinta, menghasilkan warna cetak yang
solid; kedua, karena proses penghalusan tekstur dengan menggunakan burin, atau
alat lain menghasilkan gradasi halus untuk mengembangkan tone.
Metode
mezzotint ditemukan oleh Ludwig von Siegen (1609-1680). Proses ini dipakai
secara luas di Inggris mulai pertengahan abad delapanbelas, untuk mereproduksi
foto dan lukisan.
Aquatint adalah variasi dari etsa. Seperti etsa, aquatint menggunakan asam untuk membuat gambar cetakan pada plat logam. Pada teknik etsa digunakan jarum untuk menciptakan garis yang akan menjadi warna tinta pekat, aquatint menggunakan serbuk resin yang tahan asam untuk menciptakan efek tonal.
Kebanyakan karya-karya grafis Goya menggunakan teknik aquatint.
Aquatint adalah variasi dari etsa. Seperti etsa, aquatint menggunakan asam untuk membuat gambar cetakan pada plat logam. Pada teknik etsa digunakan jarum untuk menciptakan garis yang akan menjadi warna tinta pekat, aquatint menggunakan serbuk resin yang tahan asam untuk menciptakan efek tonal.
Kebanyakan karya-karya grafis Goya menggunakan teknik aquatint.
Drypoint
Merupakan variasi dari engraving, dikerjakan dengan alat runcing, bukan dengan alat burin berbentuk “v”. Sementara garis pada engraving sangat halus dan bertepi tajam, goresan drypoint meninggalkan kesan kasar pada tepi garis. Kesan ini memberi ciri kualitas garis yang lunak, dan kadang-kadang berkesan kabur, pada drypoint. Karena tekanan alat press dengan cepat merusak kesan tersebut, drypoint hanya berguna untuk jumlah edisi yang sangat kecil; sekitar sepuluh sampai duapuluh karya. Untuk mengatasi ini, penggunaan electro-plating (pelapisan secara elektrik dengan bahan logam lain) telah dilakukan sejak abad sembilanbelas untuk mengeraskan permukaan plat.
Merupakan variasi dari engraving, dikerjakan dengan alat runcing, bukan dengan alat burin berbentuk “v”. Sementara garis pada engraving sangat halus dan bertepi tajam, goresan drypoint meninggalkan kesan kasar pada tepi garis. Kesan ini memberi ciri kualitas garis yang lunak, dan kadang-kadang berkesan kabur, pada drypoint. Karena tekanan alat press dengan cepat merusak kesan tersebut, drypoint hanya berguna untuk jumlah edisi yang sangat kecil; sekitar sepuluh sampai duapuluh karya. Untuk mengatasi ini, penggunaan electro-plating (pelapisan secara elektrik dengan bahan logam lain) telah dilakukan sejak abad sembilanbelas untuk mengeraskan permukaan plat.
Teknik ini
kelihatannya ditemukan oleh seorang seniman Jerman selatan abad limabelas yang
memiliki julukan Housebook Master, di mana semua karya-karyanya menggunakan
drypoint. Di antara seniman old master print yang menggunakan teknik ini:
Albrecht Dürer memproduksi 3 karya drypoint sebelum akhirnya berhenti
menggunakannya; Rembrandt sering menggunakannya, tapi biasanya digabungkan etsa
dan engraving.
Litografi
Litografi adalah teknik yang ditemukan pada tahun 1798 oleh Alois Senefelder dan didasari pada sifat kimiawi minyak dan air yang tak bisa bercampur. Digunakan permukaan berpori, biasanya sejenis batu yang disebut limestone/batu kapur; gambar dibuat pada permukaan batu dengan medium berminyak. Kemudian dilakukan pengasaman , untuk mentransfer minyak ke batu, sehingga gambar ‘terbakar’ pada permukaan. Lalu dilapisi gum arab, bahan yang larut air, menutupi permukaan batu yang tidak tertutupi medium gambar (yang berbasis minyak). Batu lantas dibasahi, air akan berada pada bagian permukaan yang tidak tertutup medium gambar berbasis minyak tadi; selanjutnya batu di-roll dengan tinta berbasis minyak ke seluruh permukaan; karena air menolak sifat minyak pada tinta maka tinta hanya menempel pada bagian gambar yang berminyak. Kemudian selembar kertas lembab diletakkan pada permukaan, image/gambar ditransfer ke kertas dengan menggunakan alat press. Teknik litografi dikenal dengan kemampuannya menangkap gradasi halus dan detail yang sangat kecil.
Litografi adalah teknik yang ditemukan pada tahun 1798 oleh Alois Senefelder dan didasari pada sifat kimiawi minyak dan air yang tak bisa bercampur. Digunakan permukaan berpori, biasanya sejenis batu yang disebut limestone/batu kapur; gambar dibuat pada permukaan batu dengan medium berminyak. Kemudian dilakukan pengasaman , untuk mentransfer minyak ke batu, sehingga gambar ‘terbakar’ pada permukaan. Lalu dilapisi gum arab, bahan yang larut air, menutupi permukaan batu yang tidak tertutupi medium gambar (yang berbasis minyak). Batu lantas dibasahi, air akan berada pada bagian permukaan yang tidak tertutup medium gambar berbasis minyak tadi; selanjutnya batu di-roll dengan tinta berbasis minyak ke seluruh permukaan; karena air menolak sifat minyak pada tinta maka tinta hanya menempel pada bagian gambar yang berminyak. Kemudian selembar kertas lembab diletakkan pada permukaan, image/gambar ditransfer ke kertas dengan menggunakan alat press. Teknik litografi dikenal dengan kemampuannya menangkap gradasi halus dan detail yang sangat kecil.
Variasi dari
teknik ini adalah adalah foto-litografi, di mana gambar ditangkap lewat proses
fotografis pada plat logam; kemudian pencetakan dilakukan dengan cara yang
sama.
Seniman yang menggunakan teknik ini:
George Bellows, Pierre Bonnard, Honoré Daumier, M.C. Escher, Ellsworth Kelly, Willem de Kooning, Joan Miró, Edvard Munch, Emil Nolde, Pablo Picasso, Odilon Redon, Henri de Toulouse-Lautrec and Stow Wengenroth
Seniman yang menggunakan teknik ini:
George Bellows, Pierre Bonnard, Honoré Daumier, M.C. Escher, Ellsworth Kelly, Willem de Kooning, Joan Miró, Edvard Munch, Emil Nolde, Pablo Picasso, Odilon Redon, Henri de Toulouse-Lautrec and Stow Wengenroth
Cetak Saring
Cetak saring dikenal juga dengan sablon atau serigrafi menciptakan warna padat dengan menggunakan teknik stensil. Mula-mula seniman menggambar berkas pada selembar kertas atau plastik (kadang-kadang dipakai juga film.) Gambar kemudian dilubangi untuk menciptakan stensil. (Bagian yang berlubang adalah bagian yang akan diwarnai.) Sebuah screen dibuat dari selembar kain (asalnya dulu menggunakan sutra) yang direntangkan pada rangka kayu. Selanjutnya stensil ditempelkan pada screen. Kemudian screen diletakkan di atas kertas kering atau kain. Tinta dituangkan di sisi dalam screen. Sebuah rakel dari karet digunakan untuk meratakan tinta melintasi screen, di atas stensil, dan menuju ke kertas atau kain. Screen diangkat ketika gambar sudah ditransfer ke kertas/kain. Tiap warna memerlukan stensil yang terpisah. Screen bisa dipakai lagi setelah dibersihkan.
Cetak saring dikenal juga dengan sablon atau serigrafi menciptakan warna padat dengan menggunakan teknik stensil. Mula-mula seniman menggambar berkas pada selembar kertas atau plastik (kadang-kadang dipakai juga film.) Gambar kemudian dilubangi untuk menciptakan stensil. (Bagian yang berlubang adalah bagian yang akan diwarnai.) Sebuah screen dibuat dari selembar kain (asalnya dulu menggunakan sutra) yang direntangkan pada rangka kayu. Selanjutnya stensil ditempelkan pada screen. Kemudian screen diletakkan di atas kertas kering atau kain. Tinta dituangkan di sisi dalam screen. Sebuah rakel dari karet digunakan untuk meratakan tinta melintasi screen, di atas stensil, dan menuju ke kertas atau kain. Screen diangkat ketika gambar sudah ditransfer ke kertas/kain. Tiap warna memerlukan stensil yang terpisah. Screen bisa dipakai lagi setelah dibersihkan.
Seniman yang
menggunakan teknik ini:
Josef Albers, Chuck Close, Ralston Crawford, Robert Indiana, Roy Lichtenstein, Julian Opie, Robert Rauschenberg, Bridget Riley, Edward Ruscha, dan Andy Warhol.
Josef Albers, Chuck Close, Ralston Crawford, Robert Indiana, Roy Lichtenstein, Julian Opie, Robert Rauschenberg, Bridget Riley, Edward Ruscha, dan Andy Warhol.
Cetak Digital
Cetak digital merujuk pada image/citra yang diciptakan dengan komputer menggunakan gambar, teknik cetak lain, foto, light pen serta tablet, dan sebagainya. Citra tersebut bisa dicetak pada bahan yang bervariasi termasuk pada kertas, kain atau kanvas plastik. Reproduksi warna yang akurat merupakan kunci yang membedakan antara digital print berkualitas tinggi dengan yang berkualitas rendah. Warna metalik (emas, perak) sulit untuk direproduksi secara akurat karena akan memantul-balikkan sinar pada scanner digital. Cetak digital berkualitas tinggi biasanya direproduksi dengan menggunakan file data ber-resolusi sangat tinggi dengan printer ber-presisi tinggi.
Cetak digital merujuk pada image/citra yang diciptakan dengan komputer menggunakan gambar, teknik cetak lain, foto, light pen serta tablet, dan sebagainya. Citra tersebut bisa dicetak pada bahan yang bervariasi termasuk pada kertas, kain atau kanvas plastik. Reproduksi warna yang akurat merupakan kunci yang membedakan antara digital print berkualitas tinggi dengan yang berkualitas rendah. Warna metalik (emas, perak) sulit untuk direproduksi secara akurat karena akan memantul-balikkan sinar pada scanner digital. Cetak digital berkualitas tinggi biasanya direproduksi dengan menggunakan file data ber-resolusi sangat tinggi dengan printer ber-presisi tinggi.
Cetak
digital bisa dicetak pada kertas printer desktop standar dan kemudian
ditransfer ke art paper tradisional (misalnya, Velin Arch atau Stonehenge
200gsm). Salah satu cara mentransfer berkas adalah dengan meletakkan hasil
cetakan menghadap permukaan, art paper kemudian diolesi dengan Wintergreen oil
di belakang cetakan, kemudian dipress.
Sosiolog
Jean Baudrillard memiliki pengaruh besar dalam seni grafis digital lewat teori
yang diuraikannya dalam Simulacra and Simulation.
Seniman yang
menggunakan teknik ini:
C.
Seni Patung
Seni Patung adalah benda tiga
dimensi karya manusia yang diakui secara khusus sebagai suatu karya seni. Dan Membuat patung berarti membuat benda tiga dimensi dengan bahan,
alat, dan teknik tertentu sehingga menghasilkan karya yang indah dan bermakna
a.
Bahan serta teknik membuat Patung
Untuk membuat sebuah patung ada beberapa
bahan yang digunakan. Diantaranya dapat dilihat di bawah ini :
- Bahan Keras
Salah satu bahan yang digunakan untuk membuat patung adalah bahan keras. Bahan keras dapat berupa kayu, batu cadas atau andesit, logam, gading, tulang, dan tanduk. Teknik yang digunakan untuk membuat patung dengan bahan keras adalah dengan teknik pahat, kecuali bahan yang terbuat dari logam. Sementara untuk membuat patung dengan bahan keras yang terbuat dari logam seperti perunggu, kuningan, emas, perak, tembaga, besi bisa dilakukan dengan teknik cor, tempa, patri, dan las tuang.
- Bahan Plastis
Bahan lunak yang dapat digunakan untuk membuat patung antara lain tanah liat, semen, plastisin, lilin, bubur kertas, sabun, dan gips. Patung dari bahan plastis bisa dibuat dengan teknik membentuk, membutsir, menvetak, modeling, coiling, pijit, dan slabing.
Adapun beberapa bentuk dan wujud seni patung seperti di bawah ini :
• Bagian kop merupakan patung yang hanya menggambarkan bagian kepala.
• Bagian buste merupakan pembuatan patung yang menggambarkan bagian dada atau bentu dada dan kepala.
• Bagian torso merupakan pembuatan patung yang menggambarkan bagian badan.
- Bahan Keras
Salah satu bahan yang digunakan untuk membuat patung adalah bahan keras. Bahan keras dapat berupa kayu, batu cadas atau andesit, logam, gading, tulang, dan tanduk. Teknik yang digunakan untuk membuat patung dengan bahan keras adalah dengan teknik pahat, kecuali bahan yang terbuat dari logam. Sementara untuk membuat patung dengan bahan keras yang terbuat dari logam seperti perunggu, kuningan, emas, perak, tembaga, besi bisa dilakukan dengan teknik cor, tempa, patri, dan las tuang.
- Bahan Plastis
Bahan lunak yang dapat digunakan untuk membuat patung antara lain tanah liat, semen, plastisin, lilin, bubur kertas, sabun, dan gips. Patung dari bahan plastis bisa dibuat dengan teknik membentuk, membutsir, menvetak, modeling, coiling, pijit, dan slabing.
Adapun beberapa bentuk dan wujud seni patung seperti di bawah ini :
• Bagian kop merupakan patung yang hanya menggambarkan bagian kepala.
• Bagian buste merupakan pembuatan patung yang menggambarkan bagian dada atau bentu dada dan kepala.
• Bagian torso merupakan pembuatan patung yang menggambarkan bagian badan.
b. Jenis
Patung
a) Figure: patung yang menggambarkan bagian tubuh
manusia secara utuh, dari kaki sampai kepala.
b) Buste:
patung dada yang hanya menggambarkan bagian kepala sampai dada atau hanya dada
saja.
c) Torso:
patung badan atau gembung saja tanpa kepala dan tanpa anggota badan
c. Bentuk
Patung
a) Tradisional
Bentuk patung tradisional di Indonesia
digarap oleh sebagian kelompok masyarakat Bali kini. Hal ini disebabkan karena
kehidupan masyarakat Bali tidak banyak berubah terutama dalam hal kepercayaan
masyarakatnya yang mayoritas beragama Hindu. Perkembangan bentuk seni patung
tradisional di Bali dirintis oleh I Nyoman Tjokot yang dibina oleh seniman R.
Bonnet dan Walter Spies sekitar tahun 1940-an. Tema patung di Bali masih tetap
mengambil dari Ramayana dan Mahabarata, disamping tema keagamaan, misalnya
penggambaran surga dan neraka.
b) Modern
Pertumbuhan patung modern di Indonesia
ditandai dengan kecenderungan patung figuratif, salah satunya dengan munculnya
patung potret diri atau sosok-sosok manusia tertentu yang dipatungkan. Umumnya
patung semacam ini ditampilkan dalam ukuran setengah dada atau sebatas
kepalanya saja. Salah satu contohnya adalah patung karya S. Sudjojono berjudul
Potret Pejuang tahun 1953. Masih banyak karya lain yang dihasilkan oleh seniman-seniman
patung di Indonesia, seperti karya G. Sidharta Tiang Berulang (1973) dan Tiang Kehidupan (1978). Patung karya Sidharta ini
memadukan dua kekuatan yaitu aspek narasi (cerita) dengan kekuatan formal seni
patung.
2.
Perkembangan
Seni Lukis
a)
Seni Lukis Zaman Prasejarah
Seni Lukis terkait dengan
gambar. Peninggalan-peninggalan prasejarah menunjukkan bahwa sejak ribuan tahun
yang lalu, nenek moyang manusia telah membuat gambar pada dinding-dinding gua
untuk mencitrakan bagian-bagian penting dari kehidupan mereka. Hampir semua
masyarakat di dunia mengenal seni lukis. Hal ini disebabkan karena lukisan atau
gambar sangat mudah dibuat hanya dengan menggunakan bahan dan alat yang
sederhana seperti arang, kapur, atau bahan lainnya. Salah satu teknik terkenal
gambar prasejarah yang dilakukan orang-orang yang tinggal di gua adalah dengan
menempelkan tangan di dinding gua, kemudian menyemburkannya dengan kunyahan
daun-daun atau batu mineral berwarna. Hasilnya adalah jiplakan tangan
berwarna-warni di dinding-dinding gua yang masih dilihat hingga saat ini. Cara
mudah seperti ini memungkinkan gambar (dan selanjutnya lukisan) untuk
berkembang lebih cepat daripada cabang seni rupa lain seperti seni patung dan
seni keramik.
Seperti gambar, lukisan
kebanyakan dibuat di atas bidang datar seperti dinding, lantai, kertas, atau
kanvas. Dalam pendidikan seni rupa modern di Indonesia, sifat ini disebut jugan
dengan dwi-matra (dua dimensi, dimensi datar).
Seiring dengan perkembangnya
peradaban, nenek moyang manusia semakin mahir membuat bentuk dan menyusunnya
dalam gambar, sehingga secara otomatis karya-karya mereka mulai membentuk
semacam komposisi rupa dan narasi (kisah/cerita).
Objek yang sering muncul dalam
karya-karya purbakala adalah manusia, binatang, dan objek-objek alam lain
seperti pohon, bukit, gunung, sungai, dan laut. Bentuk dari objek yang digambar
tidak selalu serupa dengan aslinya. Hal ini disebut citra dan sangat
dipengaruhi oleh pemahaman si pelukis terhadap objeknya. Misalnya, gambar
seekor banteng dibuat dengan proporsi tanduk yang luar biasa besarnya
dibandingkan dengan ukuran tanduk asli. Pencitraan ini dipengaruhi oleh
pemahaman si pelukis yang menganggap tanduk adalah bagian paling mengesankan
dari seekor banteng. Karena itu, citra mengenai satu macam objek menjadi
benda-benda tergantung dari pemahaman budaya masyarakat di daerahnya.
Pencitraan ini menjadi sangat penting karena juga dipengaruhi oleh imajinasi.
Dalam perkembangan seni lukis, imajinasi memegang peranan penting hingga kini.
Pada
mulanya perkembangan seni lukis sangat terkait dengan perkembangan peradaban
manusia. Sistem bahasa, cara bertahan hidup (memulung, berburu, dan memasang
perangkap serta bercocok tanam), dan kepercayaan (sebagai cikal bakal agama)
adalah hal-hal yang mempengaruhi perkembangan seni lukis. Pengaruh ini terlihat
dalam jenis objek, pencitraan, dan narasi di dalamnya. Pada masa-masa ini, seni
lukis memiliki kegunaan khusus, misalnya sebagai media pencatat (dalam bentuk
rupa) untuk diulangkisahkan. Saat-saat senggang pada masa prasejarah salah
satunya diisi dengan menggambar dan melukis. Cara berkomunikasi dengan
menggunakan gambar pada akhirnya merangsang pembentukan simbol-simbol gambar
yang kemudian disederhanakan dan dibakukan.
Pada satu titik, ada
orang-orang dalam satu kelompok masyarakat prasejarah yang lebih banyak
menghabiskan waktu untuk menggambar daripada mencari makanan. Mereka mulai
mahir membuat gambar dan mulai menemukan bahwa bentuk dan susunan rupa
tertentu, bila diatur sedemikian rupa, akan nampak lebih menarik untuk dilihat
dari pada biasanya. Mereka mulai menemukan semacam citarasa keindahan dalam
kegiatannya dan terus melakukan hal itu, sehingga mereka semakin menjadi ahli.
Mereka adalah seniman-seniman yang pertama di muka bumi dan pada saat itulah
kegiatan menggambar dan melukis mulai menjadi kegiatan seni.
b)
Perkembangan Seni Lukis Zaman Klasik
Seni lukis zaman klasik
kebanyakan dimaksudkan untuk tujuan mistisisme (sebagai akibat belum
berkembangnya agama), serta propaganda (sebagai contoh grafiti di reruntuhan
kota Pompeii). Di zaman ini lukisan dimaksudkan untuk meniru semirip mungkin
bentuk-bentuk yang ada di alam.
Hal ini merupakan akibat berkembangnya
ilmu pengetahuan dan dimulainya kesadaran bahwa dalam banyak hal seni lukis
mampu berkomunikasi lebih baik daripada kata-kata. Selain itu, kemampuan
manusia untuk menetap secara sempurna telah memberikan kesadaran tentang
pentingnya keindahan dalam perkembangan peradaban.
c)
Perkembangan Seni Lukis Zaman Pertengahan
Sebagai akibat terlalu kuatnya
pengaruh agama di zaman pertengahan, seni lukis mengalami penjauhan dari ilmu
pengetahuan. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sihir yang biasa menjauhkan manusia
dari pengabdian kepada Tuhan. Akibatnya, seni lukis pun tidak lagi bisa sejalan
dengan realitas. Kebanyakan lukisan di zaman ini lebih berupa simbolisme, bukan
realisme, sehingga sulit sekali untuk menemukan lukisan yang bisa dikatagorikan
“bagus”. Lukisan pada masa ini digunakan untuk alat propaganda dan religi.
Sebagai akibat pemisah ilmu
pengetahuan dari kebudayaan manusia, perkembangan seni pada masa ini mengalami
kelambatan hingga dimulainya masa renaissance.
d)
Perkembangan Seni Lukis Zaman Renaissance
Berawal dari kota Firenze,
setelah kekalahan dari Turki, banyak sekali ahli sains dan kebudayaan (termasuk
pelukis) yang menyingkir dari Bizantium menuju ke daerah semenanjung Italia
sekarang. Dukungan dari keluarga deMedici yang menguasai kota Firence terhadap
ilmu pengetahuan modern dan seni sinergi keduanya menghasilkan banyak sumbangan
terhadap kebudayaan baru Eropa. Seni rupa menemukan jiwa barunya dalam
kelahiran kembali dari zaman kelasik.
3.
Pertumbuhan Seni Grafis
Sejarah awal :
Pelacakan perjalanan sejarah desain grafis dapat ditelusuri dari jejak
peninggalan manusia dalam bentuk lambang-lambang grafis (sign & simbol)
yang berwujud gambar (pictograf) atau tulisan (ideograf). Gambar mendahului
tulisan karena gambar dianggap lebih bersifat langsung dan ekspresif, dengan
dasar acuan alam (flora, fauna,landscape dan lain-lain). Tulisan/ aksara
merupakan hasil konversi gambar, bentuk dan tata aturan komunikasinya lebih
kompleks dibandingkan gambar. Belum ada yang tahu pasti sejak kapan manusia memulai
menggunakan gambar sebagai media komunikasi. Manusia primitif sudah menggunakan
coretan gambar di dinding gua untuk kegiatan berburu binatang. Contohnya
seperti yang ditemukan di dinding gua Lascaux, Perancis.
Era Cetak : Desain grafis berkembang pesat seiring dengan perkembangan sejarah peradaban manusia saat ditemukan tulisan dan mesin cetak. Pada tahun 1447, Johannes Gutenberg (1398-1468) menemukan teknologi mesin cetak yang bisa digerakkan dengan model tekanan menyerupai disain yang digunakan di Rhineland, Jerman, untuk menghasilkan anggur. Ini adalah suatu pengembangan revolusioner yang memungkinkan produksi buku secara massal dengan biaya rendah, yang menjadi bagian dari ledakan informasi pada masa kebangkitan kembali Eropa.
Tahun 1450 Guterberg bekerjasama dengan pedagang dan pemodal Johannes Fust, dibantu oleh Peter Schoffer ia mencetak “Latin Bible” atau disebut “Guterberg Bible”, “Mararin Bible” atau “42 line Bible” yang diselesaikanya pada tahun 1456. Temuan Gutenberg tersebut telah mendukung perkembangan seni ilustrasi di Jerman terutama untuk hiasan buku. Pada masa itu juga berkembang corak huruf (tipografi). Ilustrasi pada masa itu cenderung realis dan tidak banyak icon. Seniman besarnya antara lain Lucas Cranach dengan karyanya “Where of Babilon”.
Pada perkembangan berikutnya, Aloys Senefelder (1771-1834) menemukan teknik cetak Lithografi. Berbeda dengan mesin cetak Guterberg yang memanfaatkan teknik cetak tinggi, teknik cetak lithografi menggunakan teknik cetak datar yang memanfaatkan prinsip saling tolak antara air dengan minyak. Nama lithografi tersebut dari master cetak yang menggunakan media batu litho. Teknik ini memungkinkan untuk melakukan penggambaran secara lebih leluasa dalam bentuk blok-blok serta ukuran besar, juga memungkinkan dilakukannya pemisahan warna. Sehingga masa ini mendukung pesatnya perkembangan seni poster. Masa keemasan ini disebu-sebut sebagai “The Golden Age of The Poster”.
Tokoh-tokoh seni poster tehnik lithogafi (1836-1893) antara lain Jules Cheret dengan karya besarnya “Eldorado: Penari Riang” (1898), “La Loie Fuller: Penari Fuller” (1897), “Quinquina Dubonnet” (1896), “Enu des Sirenes” (1899). Tokoh-tokoh lainya antara lain Henri de Toulouse Lautrec dan Eugene Grasset.
Desain grafis mengalami perkembangan pesat setelah ditemukannya tulisan dan mesin cetak. Kejayaan kerajaan Romawi di abad pertama telah membawa peradaban baru dalam sejarah peradaban Barat dengan diadaptasikannya kesusasteraan, kesenian, agama, serta alfabet latin yang dibawa dari Yunani.
Pada saat ini adanya mesin cetak dan komputer juga merupakan dua hal yang secara signifikan mempercepat perkembangan penggunaan seni desain grafis hingga akhirnya diterapkan dalam dunia periklanan, packaging, perfilman, dan lain-lain. Koran, majalah, tabloid, website yang sehari-hari kita lihat adalah produk desain grafis. Bahkan animasi Spongebob Squarepants walaupun lebih dikenal dengan sebutan kartun yang sering kita tonton di televisi merupakan bagian dari produk desain grafis juga.
Era Cetak : Desain grafis berkembang pesat seiring dengan perkembangan sejarah peradaban manusia saat ditemukan tulisan dan mesin cetak. Pada tahun 1447, Johannes Gutenberg (1398-1468) menemukan teknologi mesin cetak yang bisa digerakkan dengan model tekanan menyerupai disain yang digunakan di Rhineland, Jerman, untuk menghasilkan anggur. Ini adalah suatu pengembangan revolusioner yang memungkinkan produksi buku secara massal dengan biaya rendah, yang menjadi bagian dari ledakan informasi pada masa kebangkitan kembali Eropa.
Tahun 1450 Guterberg bekerjasama dengan pedagang dan pemodal Johannes Fust, dibantu oleh Peter Schoffer ia mencetak “Latin Bible” atau disebut “Guterberg Bible”, “Mararin Bible” atau “42 line Bible” yang diselesaikanya pada tahun 1456. Temuan Gutenberg tersebut telah mendukung perkembangan seni ilustrasi di Jerman terutama untuk hiasan buku. Pada masa itu juga berkembang corak huruf (tipografi). Ilustrasi pada masa itu cenderung realis dan tidak banyak icon. Seniman besarnya antara lain Lucas Cranach dengan karyanya “Where of Babilon”.
Pada perkembangan berikutnya, Aloys Senefelder (1771-1834) menemukan teknik cetak Lithografi. Berbeda dengan mesin cetak Guterberg yang memanfaatkan teknik cetak tinggi, teknik cetak lithografi menggunakan teknik cetak datar yang memanfaatkan prinsip saling tolak antara air dengan minyak. Nama lithografi tersebut dari master cetak yang menggunakan media batu litho. Teknik ini memungkinkan untuk melakukan penggambaran secara lebih leluasa dalam bentuk blok-blok serta ukuran besar, juga memungkinkan dilakukannya pemisahan warna. Sehingga masa ini mendukung pesatnya perkembangan seni poster. Masa keemasan ini disebu-sebut sebagai “The Golden Age of The Poster”.
Tokoh-tokoh seni poster tehnik lithogafi (1836-1893) antara lain Jules Cheret dengan karya besarnya “Eldorado: Penari Riang” (1898), “La Loie Fuller: Penari Fuller” (1897), “Quinquina Dubonnet” (1896), “Enu des Sirenes” (1899). Tokoh-tokoh lainya antara lain Henri de Toulouse Lautrec dan Eugene Grasset.
Desain grafis mengalami perkembangan pesat setelah ditemukannya tulisan dan mesin cetak. Kejayaan kerajaan Romawi di abad pertama telah membawa peradaban baru dalam sejarah peradaban Barat dengan diadaptasikannya kesusasteraan, kesenian, agama, serta alfabet latin yang dibawa dari Yunani.
Pada saat ini adanya mesin cetak dan komputer juga merupakan dua hal yang secara signifikan mempercepat perkembangan penggunaan seni desain grafis hingga akhirnya diterapkan dalam dunia periklanan, packaging, perfilman, dan lain-lain. Koran, majalah, tabloid, website yang sehari-hari kita lihat adalah produk desain grafis. Bahkan animasi Spongebob Squarepants walaupun lebih dikenal dengan sebutan kartun yang sering kita tonton di televisi merupakan bagian dari produk desain grafis juga.
4.
Pertumbuhan
Seni Patung
Pertumbuhan seni patung sebenarnya telah
ada sejak kehidupan bangsa-bangsa kuno. Di Yunani terdapat patung Dewa Zeus
yang dipuja oleh masyarakat Yunani. Demikian pula di Indonesia terdapat
patung-patung dewa agama Hindu seperti patung Siwa Mahadewa, patung Siwa
sebagai Mahaguru, dan patung Siwa sebagai Mahakala serta patung-patung agama
Buddha yang kita kenal sebagai Dhyani Buddha yang sangat besar dan megah. Di
daerah-daerah yang terkena pengaruh agama Hindu dan Buddha patungpatung
tersebut berada dalam candi-candi, seperti candi Prambanan dan Borobudur.
Di daerah-daerah yang tidak terkena
pengaruh agama Hindu, seni patung merupakan kelanjutan seni patung zaman
prasejarah. Seni patung tersebut banyak berhubungan dengan kepentingan
keagamaan/ religi daerah setempat yang berakar dari zaman sebelumnya. Salah
satu contohnya adalah patung-patung pemakaman daerah Toraja yang melukiskan
orang-orang yang sudah meninggal dunia, patung Totem dari suku Dayak dan suku
Asmat (Papua Selatan), serta burung Enggang yang merupakan lambang dari arwah
(Kalimantan). Maka dapat disimpulkan bahwa patung merupakan sarana untuk
penghormatan, pemujaan, dan upacara keagamaan. Dengan demikian seni patung
memiliki nilai budaya yang cukup tinggi dalam kehidupan bangsa-bangsa kuno di
dunia maupun di Indonesia.
5. Hasil Karya Seni Rupa Murni Dari
Daerah Jawa Barat
1) Lukisan Kaca
Lukisan Kaca
adalah sedikit dikenal bahasa Indonesia bentuk seni. Secara harfiah “GLASS
PAINTING” Itu berasal di pantai utara Jawa barat sekitar abad ke Lima Belas,
dan berkembang mengalami pertumbuhan pada awal abad ke – 19 dan menjadi fitur
umum dalam arsitektur dekorasi. Setelah dijual dari pintu ke pintu,
kualitas, gaya dan nilai lukisan kaca terus meningkat. Hari ini,
lukisan kaca menikmati kebangkitan dengan tekhnik-tekhnik dan materi inovatif
membuatnya semakin populer.
2)
Batik Megamendung
Motif batik
Megamendung merupakan karya seni batik yang identik dan bahkan menjadi
ikon batik daerah Cirebon dan daerahIndonesia lainnya. Motif
batik ini mempunyai kekhasan yang tidak ditemui di daerah penghasil batik lain.
Bahkan karena hanya ada di Cirebon dan merupakan masterpiece, Departemen Kebudayaan dan Pariwisata RI akan mendaftarkan motif megamendung ke UNESCOuntuk mendapatkan
pengakuan sebagai salah satu world
heritage.'
3)
Aksara Sunda
4)
Pantung pastor
Patung
Pastor H. C. Vebraakk, SJ. terletak di Taman Maluku Bandung. Didirikan
sejak tahun 1919 mempunyai luas tidak sampai 1 hektar Dibuat sebagai
penghargaan atas jasa seorang imam Belanda yang bertugas dalam perang aceh,
dengan sikapnya yang manusiawi terhadap setiap orang dari bangsa apa
pun. Diujung sebelah barat taman maluku, berdiri patung perunggu dari
Pastor H.O. Verbraak S.J. (1835-1907)